
PLTN ini memiliki 6 unit reaktor nuklir dan mampu menghasilkan tenaga sebesar 4,7 Giga Watt. Dengan kata lain, karena tenaga yang begitu besar, tidak heran kalau PLTN Fukushima menjadi salah satu andalan kelistrikan di Negara Matahari Terbit tersebut. Total PLTN di Jepang sendiri ada 56 dan PLTN ini mampu memasok 33 persen listrik Jepang.
"PLTN Fukushima sebagai PLTN pertama dan paling canggih di Jepang dan Asia. Jadi banyak negara-negara dunia ketiga yang berkunjung untuk mempelajarinya. Bahkan lokasi PLTN itu selama ini dijadikan tempat wisata," ujar mantan Sekjen Departemen Energi Sumber Daya Alam dan Mineral (ESDM) TB Silalahi kepada detikcom.
TB Silalahi sendiri mengaku pernah mengunjungi PLTN Fukushima, pada 1990, dalam rangka kunjungan kerja bersama rombongan dari Departeman ESDM (kini Kementerian ESDM). Mereka bermaksud mengadakan studi soal PLTN, untuk diadopsi dalam rencana pembangunan PLTN di Indonesia.
Teknologi yang digunakan PLTN Fukushima saat itu yang paling canggih dibanding PLTN di Eropa, ataupun di Amerika Serikat (AS). Apalagi konstruksi PLTN tersebut sudah didesain untuk menghadapi gempa bumi. PLTN ini memiliki tingkat ketahanan terhadap akselerasi pergerakan akibat gempa lebih tinggdi dibanding dari PLTN negara lain.
Dari ketahanan terhadap akselerasi pergerakan tanah akibat gempa, PLTN yang selesai dibangun pada 1970-an ini memiliki skala 500 gal. Sementara PLTN di kawasan rawan gempa di negara lain umumnya berkisar 150 gal. Dengan kekuatan setinggi itu, PLTN Fukushima telah dirancang untuk menahan gempa berskala hingga 9 SR.
Ilmuwan nuklir Jepang sudah sangat memperhitungkan tingkatan gempa yang bakal menggoncang negerinya. Gempa skala 9 SR sangat jarang terjadi. Berdasarkan sejarah kegempaan di kawasan itu, gempa tektonik di atas 8 SR berpotensi terjadi di Jepang dalam periode 140 tahun.
"Karena di Indonesia juga sering terjadi gempa bumi, makanya PLTN Fukushima menjadi tempat studi banding," ujar Silalahi, yang kini menjadi Staf Khusus Presiden SBY, urusan Timur Tengah itu.
Pada Jumat, 11 Maret 2011, gempa terjadi di Sendai mencapai 8,9 SR, hampir menyentuh skala gempa yang diantisipasi PLTN yang sudah hampir habis masa pakainya tersebut. Gempa juga diikuti tsunami di pantai timur Pulau Honshu itu mengakibatkan ledakan di pembangkit listrik tenaga nuklir di Fukushima.
Beberapa tungku reaktor nuklir di PLTN itu mengalami kerusakan cukup parah. Akibat kerusakan tersebut sistem pendinginan reaktor nuklir jadi terganggu. Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), menyatakan, kini, petugas darurat menghadapi dua tantangan dalam krisis nuklir Fukushima itu, yakni mendinginkan reaktor yang menghasilkan listrik dan mendinginkan aliran bahan bakar.
IAEA menilai, cara tersebut harus dilakukan untuk mencegah uranium dari suhu panas yang sangat tinggi dan mencegah radiasi. Hanya saja, tingkat radiasi di kompleks Fukushima menyulitkan pekerja untuk menyemprotkan air ke reaktor.
Soalnya radiasi yang sudah menyebar hingga 30 kilometer dari PLTN Fukushima bisa mengancam keselamatan para pekerja. Mereka terancam terkena radioaktif dari instalasi nuklir yang mengalami kebocoran tersebut.
Untuk mengantisipasinya pemerintah Jepang juga melakukan upaya penyemprotan melalui udara dengan helikopter. Penyemprotan dari udara tersebut dilakukan lantaran pompa air yang terdapat di lokasi tersebut mengalami kerusakan akibat gempa.
Tapi saat ini, kata Tokyo Electric Power Company (TEPCO), pengelola PLTN Fukushima, dalam rilisnya kepada KBRI di Jepang, mengatakan, setelah tindak penyiraman terus menerus selama 13 jam, pada Minggu (20/3/2011), tingkat radiasi yang terjadi pasca gempa dilaporkan terus menurun.
"Tingkat radiasi dilaporkan TEPCO terus menurun. Penyiraman yang berakhir pada Minggu pagi, direncanakan diteruskan pada Minggu sore hingga Senin pagi," tutur Jane Runkat, pejabat Third Secretary Indonesian Embassy.
Sementara itu, aliran listrik untuk generator pada sistem pendingin reaktor 1 dan 2 telah tersambung. Tim TEPCO terus mengupayakan agar generator segera berfungsi. Pompa air pada sistem pendinginan reaktor 5 dan 6 juga berhasil
dijalankan dengan generator diesel.
Lebih lanjut di dalam rilis itu disebutkan bahwa Sekretaris Kabinet PM Jepang, Yukio Edano, menyatakan kondisi tekanan dalam reaktor terus dipantau. Kabar terjadinya kontaminasi radiasi terhadap air kran, didasarkan laporan awal yang menunjukkan terdeteksinya unsur iodine radioaktif di Tokyo, Saitama, Chiba, Yamanashi, Gunma, dan Tochigi.
Kerusakan PLTN Fukushima pasca gempa dan tsunami di Jepang memang menjadi sorotan seluruh dunia. Soalnya, PLTN tersebut selama ini bisa dibilang menjadi rujukan untuk pembangunan reaktor di sejumlah negara.
Meski demikian, Kepala Badan Pengendali Teknologi Nuklir (Bapeten), As Natio Lasman, menagatakan, cara penangan yang dilakukan para pekerja di PLTN Fukushima sangat baik. Terbukti dengan semakin menurunnya tingkat radiasi di kawasan
tersebut.
Selain piawai dalam cara penanganan, Lasman juga menilai, konstruksi PLTN yang antigempa sudah terbukti. Ini dibuktikan dengan matinya mesin reaktor saat terjadi gempa.
"Begitu gempa terjadi listrik di reaktor tersebut langsung shutdown secara otomatis. Sehingga tidak berakibat fatal. Jadi memang desain anti gempanya terbukti berfungsi," jelas Lasman.
Adapun yang menjadi PLTN tersebut mengalami masalah, ujar Lasman, adalah akibat dampak tsunami. Akibat terjangan tsunami, suplai listrik dari generator cadangan gagal sebab generatornya tersapu tsunami.
"Sistem pendingin di reaktor mengalami gangguan akibat tsunami," kata Lasman. Namun untuk kepastiannya, Lasman masih menunggu hasil investigasi peneliti di Jepang terkait kerusakan PLTN Fukushima.
from : detiknews